Bolang Mendadak -.-"

Senin, 15 Agustus 2011

Hari  ini di kampus ada acara pengesahan mahasiswa baru. Tepatnya di Graha ITS jam 07.00. Saya sudah datang sejak jam setengah tujuh --" lalu bingung nyariin teman sejurusan. Untung segera ketemu. Lalu kami dibawa ke belakang graha dan berbaris sesuai jurusan. Tak lama kami memasuki graha dan acara peresmian pun dimulai.

Acara peresmiannya dilewati saja yaa... Pokoknya gitu deh. Selesai sekitar jam 11.00. Setelah itu para mahasiswa baru dipersilahkan menuju ke jurusan masing-masing untuk melakukan proses perwalian. Nah, di sinilah permasalahan dimulai.

Saya, Fitri, Riris, Septi, dan Arum berjalan kaki dari graha ke jurusan. Berhubung FTIF letaknya jauuuh sekali dari Graha, kami berusaha mencari jalan pintas. Oke, pertama kami mengikuti anak-anak PENS... Tapi ternyata mereka tidak menuju ke PENS melainkan menemui kakak-kakak jurusan mereka =.= Kami langsung panik. Jangan-jangan seharusnya kami juga disuruh kumpul dulu, baru bareng-bareng pergi ke jurusan -.-" Saya langsung meng-sms teman-teman yang lain. Dan ternyata dugaan kami salah (alhamdulillah). Perjalanan berlanjut...

Berhubung rasanya males banget kalau jalan kaki di trotoar jalan raya Surabaya yang panas, penuh debu, dan polusi, kami memilih melewati PENS ITS yang jalannya lebih sejuk dan rindang. Selama perjalanan, Riris mengeluh kakinya sakit karena sepatunya kekecilan (maklum sepatu pinjaman --") dan ternyata kakinya memang memerah.

Sesampai di ujung PENS, tepatnya di depan gedung yang katanya dibangun oleh Jepang, kami harus keluar lagi ke jalan raya untuk melanjutkan perjalanan. SAYANGNYA, Riris - yang malas jalan jauh karena kakinya sakit - melihat sebuah jalan di samping gedung tersebut yang tampaknya menjanjikan sebuah lintasan yang lebih cepat karena di kejauhan sana jalan itu membelok ke arah yang kami tuju. Kami pun mengikuti jalan tersebut.

Setelah berjalan beberapa lama, kami berbelok... Dan terkejut. Di ujung yang lain jalan itu berbelok kembali ke arah kami semula. Aaaargh! Ternyata jalan itu memutari gedung.. Kalo gitu ngapain dibuat -__-" Kasihan banget deh Riris... Tapi dia juga sih yang bikin nyasar.. hahaha (tertawa kejam).

Berhubung kami males balik lagi dan berhubung PPNS ada di sebelah kami, hanya dibatasi pagar tanaman yang cukup tebal, kami - dipelopori oleh Fitri - pun menorobos pagar tanaman... Hahaha ngerusak --" Tapi kami akhirnya selamat sampai PPNS meskipun perjalanan belum berakhir...

Keluar dari PPNS, kami kebingungan mencari jalan menuju FTIF. Untunglah (atau mungkin juga tidak) ada serombongan perempuan dari jurusan Metalurgi yang juga sedang mencari jalan. Kami pun bersama-sama menerobos masuk ke Dispro.

Di Dispro, (lagi-lagi) kami kebingungan mencari jalan keluar. Tapi gedung FTIF udah keliatan deket banget tuuh.. Persis di belakang Dispro. Dan... ada jalan menuju ke sana. Kami memasuki jalan itu dan, nyasar lagi --" Ternyata itu jalan ke tempat parkir. Dan memang, FTIF persis di sebelah tempat parkir itu. Tetapi, sayangnya, antara FTIF dan tempat parkir dibatasi oleh semak-semak lebat dan SUNGAI! Aduh males banget deh kalo balik lagi... Udah panas, capek, puasa pula! Apa coba yang kurang? =.=

Didorong oleh kemalasan kami, sekaligus termotivasi oleh seorang bapak yang sedang memancing di sungai, kami nekat memasuki "hutan" di sebelah tempat parkir untuk menerobos ke jalan raya, alih-alih balik lagi ke arah semula. Bapak yang sedang memancing menunjukkan bahwa "hutan" tersebut bisa dilewati. Dan memang, ada jalan setapak yang kecil banget di dekat sungai yang melalui "hutan" dan menuju ke jalan raya. Kami pun melalui jalan tersebut dan menerobos "hutan". Berasa kayak bolang (bocah petualang) beneran deh... Soalnya yang awal-awal tadi masih jadi "bocah ilang" hahaha...

Di tepi jalan raya, kami lagi-lagi merasa tertipu. Untuk menuju jalan raya, kami masih harus menyeberangi sungai yang meskipun terlihat sudah kering (maklum sedang musim kemarau), tampaknya tidak menjanjikan. Saya menoleh ke belakang. Aduh, sudah sebegini jauh menerobos "hutan" masa harus kembali lagi? Tiba-tiba seorang mahasiswi baru dari Jurusan Metalurgi - entah siapa - yang begitu pemberani (saya salut beneran) mencoba berlari cepat menyeberangi sungai. Dan begitu tiba di seberang dia langsung jatuh terduduk. Mulai dari sepatu, rok, sampai baju juga (padahal waktu itu kami mahasiswa baru memakai pakaian putih hitam --") kotor terkena lumpur. Aduh kasihan banget... Dan nasib sialku yang sebenarnya akan segera dimulai.

Di dasar sungai yang tampaknya sudah kering (padahal enggak --") itu ada tumpukan lumpur yang beneran udah kering. Ada seorang maba Metalurgi yang mencoba menyeberang lewat situ, dan ternyata berhasil. Penyeberangan dimulai. Dan ini anehnya. Entah aku kena apa, pokoknya waktu aku berdiri di tepi sungai dan mengamati dasarnya yang tampaknya sudah kering, aku berkata, "Bukannya ini sudah kering ya?". Lalu ada anak yang menyahut, "Enggak tahu". Tapi telat deh. Aku sudah turun ke sungai itu dan mulai menyeberanginya dengan berjalan cepat, alih-alih melalui sebuah jalur yang sudah terbukti kualitasnya.

Pertama menginjakkan kaki, biasa saja. "Oke, sudah kering," begitu pikirku. Lalu langkah kedua, ketiga... Aku sudah sudah gak sempat mikir lagi. Satu sepatuku terbenam dalam ke lumpur dan yang satunya terancam gitu juga. Aku hampir lari saat menyeberangi sungai itu dengan sepatu tinggal sebelah (aku pasti udah lari kalo bisa; masalahnya yang kuinjak lumpur yang lembek, bukan tanah yang keras, jadi gak bisa lari). Sampai di seberang aku mencari sepatuku yang hilang. Nggak kelihatan! Mati... --" Tapi sambil ketawa Fitri bilang, "Lho sepatumu ketinggalah satu, Ras!". Dengan wajah memelas aku minta tolong ke Fitri buat ngambilin sepatuku dan nglemparin sepatu itu ke arahku. Lalu dengan hati-hati dia turun (untung lumpur yang dia injak udah kering), mengambil sepatuku, dan melemparnya ke arahku. Uuuu... Fitri penyelamat deh.. hahaha...

Setelah itu aku nyadar kalo sepatu, kaos kaki, dan rokku bagian bawah pada kena lumpur. Mati --" Padahal nanti aku harus menemui dosen wali... Gimana ini??? Sementara itu, maba Metalurgi yang keadannya jauh lebih parah daripada aku, sudah nelpon temannya buat jemput dia sekaligus minta ijin buat nggak ikut perwalian. Akhirnya aku berusaha semampunya membersihkan lumpur dari sepatuku menggunakan tisu yang diberi oleh seorang maba Metalurgi yang lain (habis itu tisunya aku buang sembarangan hehehe.. Panik sih --").

Dan dengan keadaan saya yang demikian, kami berlima melanjutkan perjalanan menuju FTIF yang tinggal beberapa langkah (para maba Metalurgi masih tinggal di tepi sungai-yang-amat-sangat-menyebalkan-sekali menunngu teman mereka yang malang). Sepanjang jalan saya meminta teman-teman untuk mengantar saya ke kamar mandi sebelum menemui dosen wali.

Setiba di FTIF, karena suatu alasan yang malas saya jelaskan, hanya Fitri yang mengantar saya ke kamar mandi untuk membersihkan sepatu (makasih banyak Fitri! ^_^). Berbekal sebungkus tisu-penyelamat-hidup dari Arum, saya menuju ke kamar mandi. Hasil pembersihan sepatu : tidak begitu bersih, sepatu basah kuyup sebelah. Lalu saya dan Fitri menuju ke lantai 2 untuk menemui dosen wali. Di sini kami berpisah.

Karena dosen wali kami sama, saya bertemu lagi dengan Riris. Tetapi tidak bertemu dengan Arum (aduh gimana ini tisunya??). Akhirnya selama hampir 2 jam saya, Riris, dan 17 maba yang lain duduk di depan pintu ruangan dosen wali kami yang sedang pergi menguji. Baru sekitar jam 2 siang dosen wali kami tiba (akhirnya!).

Ketika hendak pulang, tiba-tiba saya dan Riris bertemu dengan Arum dan Septi. Hahaha... akhirnya tisu milik Arum kembali kepada pemiliknya. Setiba di rumah saya langsung mencuci rok, kaos kaki, dan sepatu saya yang kotor kena lumpur. Saat ini bulan puasa. Tetapi entah kenapa seharian ini saya tidak merasa lelah sama sekali padahal udah jalan (baca: kesasar) jauh banget dan mengalami cobaan batin yang cukup berat hahaha... Kalau saya ingat-ingat pengalaman itu lagi sekarang, rasanya saya ingin ketawa ngakak deh... Tapi yang jelas, setiap cobaan pasti ada hikmahnya Mau tahu apa hikmahnya bagi saya? Ada deh, mau tahu aja... (peace ). Dan yang jelas saya dapat pengalaman baru : Jangan coba-coba melewati jalan yang nggak jelas di ITS (peringatan: banyak rawa dan daerah yang masih liar!). Kalau kesasar, jangan malas buat balik lagi ke arah semula. Ntar masalahnya tambah ribet.. --"

Btw, ini tulisanku yang pertama lhoo... Sebenarnya sih cuma pengin coba-coba nulis,, tapi kok jadinya malah panjang banget -______-"
Yang terpenting, makasih udah baca

Comments

  1. selamat menjadi mahasiswa sayang...
    tetep semangat spt waktu skul dulu y..

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Sekilas Mengenai Beasiswa PMDSU

Jalan-jalan ke Kyoto dan Osaka

Belajar Ikebana (Part 1)