Tea Ceremony Club

Tea ceremony atau upacara minum teh atau sadou 茶道 merupakan salah satu seni tradisional Jepang yang berkembang karena pengaruh Zen Buddhism selain ikebana. Apabila ikebana banyak melibatkan imajinasi dan kreasi, maka tea ceremony ini sangat menjunjung tinggi presisi. Tea ceremony pada zaman Jepang kuno dilakukan untuk menjamu tamu penting. Proses membuat minuman teh hijau atau ocha dilakukan di hadapan para tamu.

Salah satu tokoh penting dalam perkembangan tea ceremony di Jepang adalah Sen no Rikyu. Rikyu style termasuk aliran tea ceremony yang paling tua dan memiliki banyak cabang sekolah serta beragam variasi perkembangan di seluruh Jepang. Di Hiroshima University terdapat beberapa klub tea ceremony, dan kebetulan (?) klub yang kami (saya, Mawar, dan Melati) ikuti menganut aliran Ueda. Ueda style merupakan aliran tea ceremony yang murni berasal dari daerah Hiroshima dan merupakan aliran tea ceremony untuk samurai. Pendirinya, Ueda Soko, memadukan Rikyu style yang menekankan kesederhanaan (wabi-cha) dengan aliran yang dipelajarinya dalam waktu lama, Oribe style (Furuta Oribe juga merupakan murid dari Sen no Rikyu). Ueda style menggunakan chasaku yang ujungnya menekuk dalam sudut tajam seperti pada Rikyu style namun penataan ruang untuk melakukan tea ceremony pada Ueda style mengikuti Oribe style yang lebih lapang dengan melakukan penambahan tatami untuk mengakomodasi jumlah tamu yang banyak.

Beberapa perbedaan utama tea ceremony Ueda style antara lain adalah:
  • Fukusa ditaruh kanan (karena pinggang kiri samurai digunakan untuk menaruh pedang *wow*)
  • Gerakan laki-laki dengan perempuan dibedakan (gerakan yang laki-laki lebih ringkas dan terlihat maskulin wkwkwk sementara gerakan yang perempuan terlihat luwes). Contohnya adalah cara membungkuk. Cara membungkuk perempuan adalah dengan meletakkan kedua telapak tangan di depan lutut dengan arah sudut miring ke depan (membentuk segitiga) lalu membungkuk. Cara membungkuk laki-laki adalah dengan meletakkan kepalan tangan di kiri kanan badan lalu membungkuk.
  • Gerakannya berdasarkan gerakan-gerakan saat berperang, seperti gerakan menunggang kuda dan memanah.
Untuk tea ceremony ada beberapa alat wajib, antara lain adalah chawan 茶杓(mangkok untuk meminum teh), natsume (wadah matcha atau bubuk teh), fukusa 袱紗 (kain sutra untuk ritual penyucian), chashaku 茶杓 (sendok teh),  chasen 茶筅 (pengaduk), chakin 茶巾 (kain untuk mengelap chawan), dan kensui 建水 (wadah air kotor). Natsume yang digunakan pada tea ceremony memiliki warna / motif yang berbeda-beda tergantung musim (dingin, semi, panas, gugur). Dan semuanya cantik-cantik huhu. Fukusa harus dilipat membentuk persegi panjang dan arah lipatannya tidak boleh sembarangan karena nanti saat dibuka bisa berantakan arahnya. Ya konsepnya mirip dengan lipatan bendera merah-putih yang kalau salah lipat nanti benderanya terbalik saat upacara hehe..

Terdapat beberapa temae 点前 atau ritual tea ceremony. Temae yang diajarkan pertama biasanya adalah yang paling sederhana, yaitu bon temae 盆手前 atau bonryaku temae 盆略手前. Pada bon temae, semua peralatan kecuali kensui dan tetsubin 鉄瓶 (wadah air panas) ditaruh pada bon (baki berbentuk lingkaran). Selama saya di Jepang, saya beruntung sempat belajar bon temae dan mengikuti hakobi temae 運び手前 yang dilakukan oleh anggota senior dari klub. Apabila bon temae bersifat fleksibel dan sebenarnya bisa dilakukan di mana saja, maka hakobi temae harus dilakukan di ruang khusus tea ceremony karena membutuhkan perapian yang ditanam di lantai ruangan (ro ). Pada hakobi temae, juga ada peralatan lain yang digunakan seperti kama 釜 (ketel air panas), hishaku 柄杓 (sendok untuk mengambil air panas), futa-oki 蓋置 (tempat menaruh tutup kama yang disebut futa), mizusashi 水指 (wadah air dingin), dan yakan 薬缶 (wadah air untuk mengisi ulang mizusashi). Pada hakobi temae, proses membawa masuk semua peralatan tea ceremony (kecuali ro dan kama) ke dalam ruangan dilakukan setelah tamu datang dan merupakan bagian dari ritual.

Pada tea ceremony, ada 4 langkah utama yang dilakukan sebagai tuan rumah. Yang pertama adalah ritual penyucian alat-alat yang digunakan. Jadi tuan rumah akan menyucikan (membersihkan) alat-alat yang akan digunakan pada tea ceremony, seperti chawan dan chashaku, menggunakan fukusa di depan para tamu. Sebenarnya langkah ini menurut saya lebih ke arah basa-basi (?) karena alat-alat tersebut pasti sudah bersih. Untuk pembersihan pun ada urutannya dan pada bon temae, letak dari alat-alat pada bon akan dipindah-pindah haha.

Langkah selanjutnya adalah pembuatan teh. Diambil sekitar 2 sendok matcha dari dalam natsume menggunakan chasaku untuk dituangkan ke dalam chawan. Lalu chasaku diketuk-ketukkan di pinggir chawan sebanyak tiga kali agar mengurangi bubuk matcha yang tertinggal di chasaku. Setelah chasaku diletakkan pada tempatnya, air panas dari tetsubin dituangkan ke dalam chawan. Menggunakan chasen, teh pun diaduk dengan arah tertentu (hahaha).

Setelah teh jadi, chawan akan diberikan kepada tamu, di mana chawan-nya akan diterima tamu dengan menghadap ke arah tertentu, yaitu lukisan pada chawan dapat dilihat oleh tamu. Tamu akan menikmati (?) lukisan tersebut kemudian memutar chawan karena lukisan tersebut tidak boleh terkena bibir saat teh diminum. Setelah menghormat dan meminta ijin kepada tamu yang lain, maka tamu tersebut akan meminum teh - disarankan dalam 3 tegukan wkwk (dan tehnya ini pahit sekali hehe). Setelah habis, dengan langkah tertentu bibir chawan yang basah dilap dengan jari dan kemudian chawan diletakkan kembali. Proses meminum teh ini biasanya dibarengi dengan memakan kue. Jadi tuan rumah akan menyajikan sejumlah kue di nampan yang kemudian secara bergilir disajikan ke masing-masing tamu. Setiap tamu akan mengambil kue jatahnya dari nampan dan menaruhnya di "piring" kertas. Yang digunakan adalah "piring" dari kertas agar ramah lingkungan hehe. Kertas yang digunakan ini mirip dengan kertas minyak (atau mungkin memang kertas minyak ala Jepang) dan sebelumnya sudah dilipat (origami) sehingga mudah digunakan sebagai pembungkus benda kecil.

Setelah acara minum teh dan makan-makan sambil ngobrol, maka tuan rumah akan membersihkan alat-alat tea ceremony. Chawan kotor diisi air tetsubin dan digoyang-goyang agar sisa teh yang mengendap di bawah hilang. Lalu air kotor dari chawan akan dibuang ke kensui. Hal ini dilakukan beberapa kali sampai tuan rumah yakin bahwa chawan sudah bersih. Setelah itu chawan dilap menggunakan chakin basah. Chasaku juga dilap lagi menggunakan fukusa. Kalau setelah mengetuk-ngetuk chasaku ke chawan masih banyak matcha yang tertinggal di chasaku, maka saat proses pembersihan ini fukusa-nya akan terkena noda matcha dan jadi kotor :(

Ya itu tadi sekilas gambaran tentang langkah-langkah tea ceremony. Mohon maaf kalau di sini saya tidak menjelaskan langkah-langkahnya secara detail hehe. Sebenarnya kalau mau mengetahui langkah-langkahnya secara umum bisa langsung search di Youtube. Hanya saja Ueda style ini sangat jarang ada di Youtube. Dan apabila aliran tea ceremony lain tidak membedakan gerakan untuk laki-laki dan perempuan, gerakan pada Ueda style berbeda untuk laki-laki dan perempuan. Dan sayangnya yang ada di Youtube adalah Ueda style untuk laki-laki semua T.T






Comments

Popular posts from this blog

Sekilas Mengenai Beasiswa PMDSU

Jalan-jalan ke Kyoto dan Osaka

Belajar Ikebana (Part 1)